Februari Hanya 28 Hari, Ternyata Begini Asal Mula dan Sejarahnya
Ferbuari
Februari memiliki jumlah hanya 28 hari, ternyata ada cerita asal mulanya. (Sumber : Ilustrasi Pixbay)



JOGJA-Saat ini kita telah memasuki bulan Februari di tahun 2023. Namun, jika diamati, kalender bulan Februari berbeda dengan bulan lainnya. Sebab, bulan Februari hanya memiliki 28 hari, sedangkan bulan lainnya memiliki 30 dan 31 hari. Pasti masih banyak yang bertanya-tanya mengenai hal ini.

Ternyata, penentuan jumlah 28 hari dalam sebulan tidak dilakukan secara sembarangan. Hal ini terdapat asal usul yang menjadikannya hanya berjumlah 28 hari. Penasaran? Dilansir dari akun YouTube @Holopis Channel pada Jumat (3/2/2023), pada awalnya kalender Romawi hanya terdiri dari sepuluh bulan dalam satu tahunnya. Bulan-bulan tersebut adalah Martius, Aprilis, Maius, Junius, Quintilis, Sexitilis, September, Oktober, November, dan Desember.

Pada masa itu, Raja Romulus dan rakyatnya menganggap periode antara Desember dan Maret tidaklah penting karena tidak berpengaruh signifikan terhadap masa panen. Oleh sebab itu, pada masa itu perayaan awal tahun jatuh di bulan Maret yang bertepatan dengan awal musim semi.

Setelah kekuasaan Romawi jatuh ke tangan Raja Numa Pompilius, kalender tersebut disempurnakan dengan menambahkan bulan Januari dan Februari setelah bulan Desember. Masing-masing memiliki 28 hari, sehingga jumlah hari dalam setahun menjadi 354 hari. Namun, masyarakat pada masa itu percaya bahwa angka genap adalah lambang dari ketidakberuntungan. Maka ditambahkanlah satu hari di bulan Januari menjadi 29 hari, sehingga total dalam satu tahun terdiri dari 355 hari.

Baca Juga: 5 Rekomendasi Makan Siang yang Praktis dan Enak

Namun, kalender ini malah menjadi membingungkan. Hingga akhirnya pada saat kepemimpinan Raja Julius Caesar di akhir 45 SM, kalender ini dirubah dengan menyusun ulang tahun berdasarkan pergerakan matahari. Kalender ini kemudian dinamakan dengan kalender Julian dengan mengikuti pergerakan matahari. Total hari dalam kalender ini menjadi 365 hari dengan sengaja membuat struktur bulan Februari hanya memiliki 28 hari, sedangkan bulan lainnya memiliki 30 dan 31 hari.

Bulan Februari dipilih sebagai bulan dengan jumlah angka genap karena bulan tersebut menjadi momentum bangsa Romawi dalam melakukan ritual penghormatan pada leluhurnya. Dalam dialek suku Sabine Kuno, Februari berarti menyucikan.

Seiring dengan berjalannya waktu, para ahli menemukan bahwa bumi mengelilingi matahari selama 365,25 hari yang artinya masih tersisa 0,25 hari atau 6 jam dalam satu tahunnya. Untuk membulatkannya menjadi 24jam, dibuatlah Tahun Kabisat. Di mana setiap empat tahun sekali, bulan Februari memiliki 29 hari. Kalender ini kemudian dinnamakan dengan Kalender Gregorian yang digunakan hingga saat ini.

Adapun penamaan dari bulan-bulan sebelumnya juga turut diubah. Bulan Quintilis diubah menjadi Juli sebagai tanda penghormatan kepada raja Julius dan Sextillis diubah menjadi Agustus untuk menghormati Kaisar Agustus yang merupakan putra dari Raja Julius Caesar.*