Klitih Kembali Terjadi di Jogja, Publik Kembali Menyoroti Pernyataan Bupati Sleman
Korban kejahatan klitih yang terjadi di Jogja pada Jumat (24/3/2023) tergeletak tak berdaya setelah dikeroyok segerombolan pelaku klitih. Tangkapan layar akun Twitter @ekadwiarianto
Korban kejahatan klitih yang terjadi di Jogja pada Jumat (24/3/2023) tergeletak tak berdaya setelah dikeroyok segerombolan pelaku klitih. (Sumber : Tangkapan layar akun Twitter @ekadwiarianto)

JOGJA, Jogjacorner.id- Baru-baru ini klitih kembali ramai terjadi di Jogja. Hal ini terjadi pada Jumat (24/3/2023) pagi sekitar pukul 05.20 WIB di Jalan Tentara Rakyat, Matarm Bumiijo, Jetis, Yogyakarta. 


Pada aplikasi Twitter, beredar video rekaman CCTV yang memperlihatkan seorang remaja laki-laki dikeroyok oleh segerombol orang. Meski korban sudah tidak berdaya, segerombolan pelaku masih terus menganiayanya dan kabur menggunakan sepeda motor setelah aksinya diketahui warga.


Setelah dilakukan penelusuran, korban merupakan remaja yang akan pulang setelah melakukan salat subuh berjamaah. Korban terlihat berboncengan dengan temannya, tetapi temannya tersebut berhasil kabur setelah jatuh dari sepeda motor. Korban yang terjatuh tidak sempat melarikan diri dan tak berdaya dihajar segerombolan pelaku. Terlihat perlaku menendang, memukul, dan menyabit korban menggunakan sarung yang berisi benda-benda hingga tergeletak. Korban kini diketahui tengah dirawat di Rumah Sakit Sardjito Yogyakarta dan masih dalam kondisi kritis.


Baca Juga: Arus Mudik Masih Lama, Harga Tiket Bus Sudah Naik 2 Kali Lipat


Hal ini membuat publik kembali mempertanyakan mengenai keamanan di Jogja. Pasalnya, sudah beberapa kali aksi ini terjadi, tetapi tidak ada hukum yang berjalan. Pelaku hanya sekadar ditangkap lalu dipulangkan dengan alasan masih di bawah umur. Mereka menilai bahwa undang-undang tentang perlindungan anak di bawah umur harus segera diubah agar tidak semakin marak kejadian yang serupa.


"Yang gw heran polisi di Jogja kerjaannya apa, masyarakatnya semua dah resah tetep gak ada pergerakan gitu?" tulis netizen yang dikutip dari akun Twitter @ekadwiarianto pada Minggu (26/3/20223).


"Ini udah sangat kriminal, pencegahan terbaik dengan bikin undang2 para pelaku digantung di depan umum," geram salah satu warganet. 


"Revisi lagi peraturan, ini tindakan sadisme barbar & kejahatan tingkat tinggi, sasaran random, harus dihukum berat," timpal lainnya.


Tak hanya mempertanyakan hukum yang berlaku, masyarakat juga menyoroti pernyataan Sultan Yogyakarta beberapa waktu lalu yang menyatakan bahwa klitih bukan aksi kriminalitas. Selain itu, publik juga kembali menyoroti pernyataan Bupati Sleman, Kustini Sri Purnomo pada tahun lalu yang menyatakan bahwa klitih bukan kenakalan remaja, tetapi kreativitas.


"Pengingat untuk kita semua. Kurang lebih satu tahun lalu salah satu bu kepala daerah mengeluarkan pernyataan 'cemerlang' bahwasannya klitih bukanlah kenakalan, melainkan kreativitas para remaja," tulis warganet.


"Ayo Bu Bupati @KustiniKSP apakah dengan model pembantaian kayak gitu masih layak disebut kreativitas anak?" heran lainnya.


Pernyataan tersebut pun pernah ia jelaskan lebih detail ketika menjadi salah satu narasumber di salah satu stasiun televisi. Menurutnya, remaja tersebut tidak nakal, hanya saja dalam masa dirinya ingin diakui.


"Anak-anak ini sebenarnya jenius dan mempunyai kemampuan lebih. Dalam usia ini anak-anak ingin memuaskan diri dan ingin dirinya diakui," ujarnya yang dikutip dari akun YouTube @tvOneNews.


Baca Juga: Partai NasDem Gelar Buka Puasa Bersama, Undang Anies Baswedan


"Bukan berarti saya mendukung adanya klitih ini, tapi bagaimana anak ini nanti kreativitas ini bisa diarahkan menuju yang positif, ya," tambahnya.


Seperti yang diketahui sebelumnya, klitih awalnya merupakan istilah yang berkonotasi positif. Namun, seiring berjalannya waktu dan berkembangnya zaman, klitih mengalami perubahan makna. Makna awal klitih adalah kegiatan mengisi waktu luang yang sifatnya positif. Saat ini klitih dikaitkan dengan aksi kriminalitas yang dilakukan oleh dua orang atau lebih yang berkeliling mengendari motor dan membawa senjata sajam.