Profil Prabowo Subianto: Orangtua, Saudara, Karir Militer Hingga Perjalanan Diangkat Menteri Pertahanan
Prabowo Subianto
Profil Prabowo Subianto. (Sumber : Instagram @prabowo)

JOGJA-Prabowo Subianto merupakan pria kelahiran Jakarta, 17 Oktober 1951 ini adalah anak dari pasangan Soemitro Djojohadikusumo dan Dora Marie Sigar. Ia anak ketiga dari empat bersaudara. Kedua kakaknya perempuan; Biantiningsih Miderawati dan Maryani Ekowati, dan satu adik laki-laki, Hashim Djojohadikusumo.

Jenderal TNI (Purn.) H. Prabowo Subianto Djojohadikusumo merupakan anak ketiga dan putra pertama yang lahir pada tanggal 17 Oktober 1951. Ayahnya bernama Soemitro Djojohadikusumo, yang berasal dari Kebumen, Jawa Tengah. Ayah Prabowo adalah seorang ekonom dan juga politisi dari Partai Sosialis Indonesia, yang  baru saja selesai menjabat sebagai Menteri Perindustrian di kabinet Natsir pada April 1952.  Ibunya adalah Dora Marie Sigar, yang juga dikenal sebagai Dora Soemitro. Dia adalah seorang wanita Kristen Protestan berdarah Minahasa. Ibunya berasal dari keluarga Maengkom di Langowan, Sulawesi Utara.

Sejak kecil, Prabowo bertempat tinggal pindah dari satu tempat ke tempat lain di luar negeri, karena ia mengikuti tanggung jawab orang tuanya. Dari satu negara ke negara lain. Pendidikan dasar dan menengah juga terus berubah. Ia menempuh pendidikan Sekolah Dasar di Hong Kong, selanjutnya pindah ke Malaysia, Swiss dan menyelesaikan sekolah menengah  di sekolah American School di Inggris.

Pada usia 16 tahun, menurut situs pribadinya, Prabowo kembali ke Indonesia. Dia diperkanalkan oleh ayahnya tentang masyarakat Indonesia. Waktu muda Prabowo tidak hanya  pasif, tetapi Ia sangat aktif bahkan terlibat dalam pertemuan-pertemuan yang digelar orang tuannya. Pada saat itu orangtuanya dikenal sebagai seorang begawan ekonomi dan aktivis sosialis.

Pada usianya 26 tahun, Prabowo menjadi salah satu Komandan Pleton termuda dalam operasi dan beliau diamanahi peran yang besar dalam memimpin sebuah misi penangkapan terhadap Nicolau dos Reis Lobato, yang merupakan pemimpin Fretilin yang saat Operasi Seroja menjabat sebagai Perdana Menteri. Pada tahun 1985, Prabowo menjadi  komandan kedua dari Batalyon Infanteri Lintas Udara 328. Pada tahun 1991, Prabowo menjabat sebagai Kepala Staf Brigade Infanteri Lintas Udara 17  di Cijantung.

Pada tahun 1993, Prabowo kembali ke pasukan khusus, sekarang disebut Komando Pasukan Khusus atau Kopassus. Prabowo ditunjuk sebagai Panglima Grup 3/Sandi Yudha,  salah satu komando kontra-pemberontakan Kopassus.  Prabowo kemudian menjabat sebagai  komandan kedua di bawah  Brigadir Jenderal Agum Gumelar dan Brigadir Jenderal Subagyo Hadi Siswoyo.

Pada bulan Desember tahun 1995, Prabowo diangkat menjadi Panglima Kopassus dengan pangkat mayor jenderal. Salah satu misi pertamanya adalah operasi penyelamatan sandera Mapenduma. Pada 20 Maret 1998, Prabowo diangkat menjadi Panglima Kostrad menggantikan ayah mertuanya.

Presiden Soeharto mengumumkan pengunduran dirinya pada 21 Mei 1998 dan digantikan oleh Habibie, yang diangkat pada hari yang sama. Sore harinya, Prabowo bertemu dengan Habibie dan memintanya untuk menunjuk Prabowo sebagai Panglima TNI menggantikan  Wiranto. Namun Habibie memecat Prabowo  sebagai Panglima Kostrad.

Setelah  menjabat dan pensiun dari militer, Prabowo meninggalkan Indonesia dan tinggal di Yordania dan Jerman. Dia melakukan bisnis di sana dengan adiknya Hasyim, yang pertama kali menjadi pedagang. Setelah sekitar 7 tahun berkecimpung di dunia bisnis dan jauh dari hiruk pikuk Indonesia, ia kembali ke tanah air, dan tampil di depan publik.

Pada tahun 2004 ia mencoba  menjadi calon presiden melalui kongres Partai Golkar. Masih belum berhasil di Golkar, ia mendirikan jaringan petani, pada tahun 2004 ia terpilih sebagai presiden Serikat Petani Indonesia (HKTI).

Pada tahun 2004, ia mencalonkan diri sebagai  wakil presiden bersama  Megawati sebagai calon presiden. Pada saat itu tidak berhasil. Pada 2008, ia mendirikan partai Gerindra dan menjadi calon presiden pemilihan presiden 2014, ia mencalonkan diri bersama Hatta Rajasa. Prabowo ingin Indonesia menjadi tuan bagi negaranya dan disegani dunia.
Sayangnya, pasangan ini tidak bisa menang. Namun, partainya, Prabowo, memenangkan sejumlah besar suara dalam pemilu 2014, berada di urutan ketiga di belakang PDIP dan Golkar. Pada Pilpres 2019, ia kembali bertarung berpasangan dengan Sandiago Uno. Nasib yang sama terulang. Ia kalah, namun  kemudian diangkat menjadi menteri pertahanan oleh Presiden terpilih Joko Widodo.*