Profil Yuli Sumpil, Dirigen Aremania yang Jadi Buah Bibir Usai Tragedi kanjuruhan Hingga Demo Kantor Arema
Yuli
Profil Yuli Sumpil, dirigen Aremania yang selalu setia mengiringi klub Arema yang main di mana pun (Sumber : Twitter @FaktaSepakbola)



JOGJA-Baru-baru ini Arek Malang kembali membuat kerusuhan. Mereka melakukan demo hingga menyebabkan kerusakan di kantor Arema FC. Setelah kejadian tersebut, tiba-tiba muncul seseorang yang dari dahulu diharapkan muncul sejak tragedi Kanjuruhan Oktober 2022 lalu.
Ia adalah seorang dirigen Aremania, Yuli Sumpil. Ia terlihat memberikan orasi di hadapan supporter untuk memberikan dukungan ke klub Singo Edan. Padahal, ia tidak terlihat pada saat adanya tragedi Kanjuruhan. Sebelumnya pada Minggu (29/1/2023), diketahui telah terjadi insiden perusakan di kantor dan toko resmi Arema FC. Beberapa perwakilan Aremania pun menyesalkan tindakan perusakan yang berujung pembakaran terhadap logo Arema FC, salah satunya adalah Yuli Sumpil. Yuli mengaku sangat prihatin atas tindakan anarkisme dalam aksi demo yang berakhir ricuh tersebut.


Aksi Aremania yang mendatangi kantor dan melakukan dialog bersama Arema FC tersebut membuat nama Yuli Sumpil trending di Twitter beberapa hari hingga Rabu (1/2/2023). Warganet menyoroti sikap Yuli dan aremania lainnya yang lebih melindungi logo daripada keadilan ataas tragedi yang menimpa 135 nyawa. Meski terkenal di kalangan Aremania, tak jarang masih banyak yang mencari profil sang dirigen. Jika kamu salah satunya, simak artikel ini sampai akhir. Dilansir dari akun YouTube @Faris Kota Malang pada Rabu (1/2/2023), berikut profil Yuli Sempil.
Profil Yuli Sempil
Yuli Sumpil memiliki nama asli Yuli Sugianto dan dikenal sebagai dirigen Aremania yang lahir pada 14 Juli 1976. Nama "Sumpil" yang melekat pada dirinya merupakan tempat kelahirannya, yaitu Jalan Sumpil Gang I, Kelurahan Purwantoro, Kecamatan Blimbing, Kota Malang. Yuli Sumpil mengaku sudah menjadi Aremania sejak kelas 5 Sekolah Dasar. Sejak anak-anak, ia selalu datang ke stadion untuk mendukung Arema yang kala itu berkompetisi di Gajayana. Ketika tumbuh dewasa, jiwa suporter di dalam dirinya semakin besar. Bahkan, ia rela ngamen, menjual dagangan ibunya, dan bekerja di cucian mobil demi bisa membeli tiket pertandingan Arema.


Perjalanan di dunia suporter Malang lantas membawanya menjadi dirigen Aremania. Ketika Arema masih bermain di Stadion Gajayana, Aremania memiliki dua dirigen yaitu Yuli Sumpil dan El Kepet. Namun, El Kepet berhenti pada tahun 2005. Menurut pendapat mayoritas Aremania, seseorang dipilih menjadi dirigen karena penampilannya yang menarik, ceria, dan nyentrik, dan lain-lain. Pada saat itu, Yuli Sumpil memang memiliki penampilan khasnya, yaitu dengan menggunakan topi, syal, dan pernak-pernik Arema lainnya. Selain itu, seorang dirigen juga harus bisa berkomunikasi dan mampu membangkitkan semangat suporter untuk terus bernyanyi guna mendukung tim kebanggaan di lapangan.


Yuli Sumpil pun mengaku akan tetap mengiringi klub kebanggannya tersebut meski keluar daerah atau negeri. Ia berangkat bersama rombongan supporter lainnya. Jumlah supporter yang turut mengiringinya pun terbilang dalam jumlah yang besar.*