Bangunan Peninggalan Belanda ini Sempat Jadi Museum, Cek Lokasinya
Benteng
Foto Benteng Van Der Wijck (Sumber : Instagram @renotria.one)

JOGJACORNER.ID - Benteng Van Der Wijck merupakan sebuah bangunan yang berupa benteng pertahanan peninggalan penjajahan Belanda. Benteng ini Terletak di Jalan Sapta Marga No. 100, Sidayu, Gombing, Sidayutengah, Sidayu, Gombong, Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah.

Benteng Van Der Wijck ini dibuat pada masa pemerintahan Belanda, beberapa sumber menyatakan benteng ini dibangun pada pada tahun 1818, namun dalam sumber lain menyatakan bahwa benteng ini dibuat pada tahun 1844. Benteng ini dibangun oleh Frans David Cochius pada masa pemerintah Gubernur Jendral Godert Alexander Gerard Philip baron van der Capellen, dan selesai pada 1848 yang Kemudian di beri nama benteng Cochius.

Benteng ini dibuat dengan bentuk segi delapan dan 2 lantai dengan tinggi 10 meter, yang memiliki 4 pintu masuk, dengan pintu utama disisi barat daya. Sesuai kegunaannya, dinding bangunan inipun, dibangun dengan tebal 1,4 meter. 

Di lantai bawah kamu akan menemui  16 ruangan dengan berukuran 18 x 6,5 meter, dan 27 ruangan lainnya dengan ukuran yang berbeda. Di lantai satu ini terdapat 72 jendela dengan 63 pintu, 8 tangga menuju lantai 2, seta 2 tangga darurat. 

Di lantai dua, bangunan ini terdapat 70 pintu, 84 jendela, dan 16 ruangan dengan ukuran 16 x 6,5 meter. Atap benteng berbentuk piramid dari batu bata merah. Selain benteng, terdapat bangunan lain seperti penjara, garasi, barak prajurit, rumah sakit, dan kompleks makan Belanda. 

Di benteng ini juga memiliki mitos, yaitu jika kamu mengelilingi satu putaran lantai atas dan lantai bawah, kamu akan menemukan selisih waktu, di mana saat mengelilingi lantai bawah membutuhkan waktu yang lebih lama dari pada mengelilingi lantai atas.  

Namun sebenarnya, hal itu dapat di logika, sebab semakin ke atas, lebar bangunan akan lebih menyempit, yang menjadikan luas bangunan atas lebih kecil dari ada luas bangunan di bawah. 

Pada awalnya, benteng ini dibuat sebagai kantor dagang VOC, lalu diubah menjadi Benteng pertahanan saat terjadinya pemberontakan Diponegoro. Namun, seerti yang kita tahu, bahwa pemberontakan Diponegoro tersebut, tidak membuahkan hasil, sebab Belanda masih bisa menakhlukan peperangan tersebut melalui  strategi benteng Stelsel, dimana Belanda membangun benteng di wilayah Jawa Tengah dan Yogyakarta untuk mempersempit ruang gerak gerilya Pangeran Diponegoro.

Kemudian pada tahun 1855, benteng tersebut dialihfungsikan sebagai sekolah militer atau Pupillenschool untuk orang-orang Eropa, dan berganti nama menjadi Benteng Van Der Wijck hingga saat ini. Nama ini dipilih sebagai hadiah atas jasa, Van Der Wijck dalam bidang kemiliteran Belanda. 

Saat pendudukan Jepang pada Tahun 1942  benteng ini pun masih digunakan sebagai sekolah militer. Hingga Indonesia merdeka fungsi ini tidak berubah, hingga tahun 1980 benteng ini digunakan sebagai barak ABRI. Setelah itu digunakan sebagai tempat tinggal TNI-AD hingga tahun 2000. 

Kini Benteng Van Der Wijck digunakan sebagai museum edukasi sejarah, yang dapat dikunjungi setiap hari mulai pukul 08.00-17.00 WIB dengan tiket masuk sebesar Rp. 25.000. Terdapat berbagai wisata atau area bermain di benteng ini, seperti perahu angsa, kincir putar, mobil-mobilan, hingga becak air. Untuk mencoba wahana tersebut, di kenakan biaya sebesar Rp. 10.000 namun ada juga yang gratis seperti ayunan, roda putar, seluncuran, hingga berfoto di tank. 

Jika kamu ingin berkeliling tanpa capek, kmu dapat menaiki kereta mini untuk mengelilingi benteng ini. Kereta ini terdaat 2 buah, satu di bawah dan satunya lagi di atas. Untuk menikmati kereta di atas benteng ini, pengunjung harus membayar sebesar Rp. 5000 per orang. Tempat wisata ini dilengkapi dengan fasilitas rumah makan di dalam benteng.

Demikian ulasan mengenai sejarah Benteng Van Der Wijck, peninggalan Belanda.


Penulis : Indah Yulia