Grup Neraka di Piala Dunia 2022 Ternyata Bukan Grup E: Kondisi Geopolitik Bikin Panas
Grup Piala Dunia
Ilustrasi geopolitik antarnegara berpengaruh di Piala Dunia 2022 (Sumber : Ilustrasi Pixbay)

JOGJA-Piala Dunia 2022 tengah berlangsung sejak beberapa hari yang lalu. Kompetisi tersebut pun juga dibagi menjadi beberapa grup untuk memudahkan pertandingan. Banyak yang menganggap bahwa setiap terselenggaranya, terdapat salah satu grup yang bisa dikatakan sebagai grup neraka karena persaingannya yang ketat.

Kali ini, banyak yang mengira bahwa grup neraka di pertandingan ini adalah grup B. Namun, seperti dilansir dari akun Twitter @registaco pada Kamis (24/11/2022), grup nerakanya adalah grup B.
Grup B dinilai menjadi panas karena adanya dinamika geopolitik yang terjadi oleh para pesertanya. Seperti yang telah beredar, grup E terdiri dari Jerman, Spanyol, Jepang, dan Kosta Rika dan mungkin menjadi 'grup neraka'. Namun dalam hal hubungan politik internasional, Grup B menambahkan dimensi yang menarik di Piala Dunia 2022 kali ini.
Dinamika politik internasional antar peserta membuat grup B menjadi grup yang dinanti oleh banyak pecinta olahraga sepakbola sekaligus pengamat. Simak sedikit informasi mengenai hubungan antar negara di dalamnya berikut ini.
1. Amerika Serikat - Inggris
Sejarah sudah membuktikan bahwa Amerika Serikat dahulu adalah bagian dari kerajaan Inggris, sebelumnya membelot, dan menyatakan kemerdekaannya dari Inggris pada 4 Juli 1776. Selain itu, istilah "Soccer" juga berasal dari Inggris, sebelum akhirnya diadaptasi oleh Amerika Serikat.

2. Inggris - Wales
Wales merupakan bagian dari Inggris Raya. Meskipun menjadi bagian dari Inggris Raya, Wales tetap memiliki bahasa dan parlemen sendiri. Cymru adalah bahasa asli dari Wales dan masih digunakan oleh warganya.

3. Amerika Serikat - Iran
Hubungan diplomatik antara AS dan Iran mulai rusak pada tahun 1980 setelah revolusi Iran. Hubungan antara kedua negara ini meliputi konfrontasi politik, diplomatik, dan militer.
Sejak AS menyatakan Iran sebagai "Poros Kejahatan" pada tahun 2002 karena secara agresif mengejar senjata nuklir, hubungannya semakin memburuk, dengan Washington menuduh Teheran melakukan serangan di seluruh Timur Tengah, termasuk terhadap pasukan AS yang berbasis di Irak dan Suriah.

4. Iran - Inggris
Hubungan diplomatik antar dua negara ini mengalami pasang surut. Kedutaan Inggris Raya di Iran sempat diserang oleh pendemo di Iran sehingga membuat tensi menjadi tinggi.
Theresa May, yang menggantikan Cameron sebagai Perdana Menteri pada Juli 2016, menuduh Iran melakukan "tindakan regional yang agresif" di Timur Tengah, termasuk menimbulkan masalah di Irak, Lebanon, dan Suriah. Hal ini menyebabkan memburuknya hubungan mereka. Sebagai tanggapan, Pemimpin Tertinggi Iran, Ali Khamenei, mengutuk Inggris sebagai "sumber kejahatan dan kesengsaraan" bagi Timur Tengah.*