Kampung Baduy Minta Sinyal Internet Ditiadakan Gara-gara Konten Negatif Bersliweran, Warganet Setuju
baduy
Masyarakat suku Baduy. (Sumber : Twitter @idwiki)


JOGJA-Para tetua di Kampung Baduy meminta sinyal internet di kawasan tersebut ditiadakan. Para tetua adat meminta Desa Kanekes di Leuwidamar, Lebak, bersih dari sinyal internet karena tidak ingin masyarakat terpengaruh dengan konten negatif internet.

Diketahui, permintaan itu disampaikan melalui surat yang ditandatangani oleh Tangtu Tilu Jaro Tujuh, Wakil Jaro Tangtu, Tanggungan Jaro 12, Wakil Jaro Warega, dan diketahui oleh Jaro Pamarentah atau Kepala Desa Kanekes. Surat tersebut dilayangkan kepada Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Lebak pada tanggal 1 Juni 2023.

Surat itu berisi dua permintaan, yaitu menghapus atau mengalihkan sinyal internet di wilayah tanah Ulayat Baduy dan meminta untuk membatasi atau menutup aplikasi yang berisi konten negatif. Konten-konten negatif tersebut dikhawatirkan dapat mempengaruhi moral dan akhlak generasi muda Baduy.

Permintaan ini merupakan hasil musyawarah yang dilakukan oleh para tetua adat dan difokuskan untuk wilayah Baduy Dalam. Jika disetujui, maka pengunjung yang datang tidak bisa memainkan handphone karena tidak adanya sinyal. Wacana ini pun menarik perhatian masyarakat luas.

Banyak dari mereka yang menyetujui permohonan tersebut agar wilayah adat di Indonesia terjaga dan diakui. Selain itu, banyak pula yang menceritakan pengalamannya ketika berkunjung ke Baduy dan menyatakan bahwa kehidupan di sana lebih nyaman tanpa adanya internet.

"Setuju karena mereka ingin mempertahankan budaya dan adat yang mereka miliki. Tanpa adanya teknologi dan internet pun mereka bisa hidup, malah lebih sehat dan tentram dibandingkan kita yang tinggal di perkotaan," komentar warganet yang dikutip dari akun Twitter @txtdrpemerintah.

Baca Juga: Rekomendasi Wisata Kuliner Viral di Jogja: Sop dan Sate Sapi Pak Bayu, Simak Menu dan Harganya

"Setuju, silakan. Dengan catatan tetap diberi area tertentu untuk akses internet agar mengetahui informasi penting terutama mengenai cuaca dan bencana alam. Kalau entertainment dan ilmu itu sangat setuju jika ingin dibatasi," saran warganet.

"Setuju. Mereka bisa hidup tanpa internet," tulis warganet.

"Setuju karena untuk menjaga adat istiadat supaya kelak keturunan mereka tidak kecanduan gadget," timpal lainnya.

"2017 observasi ke Baduy. Awalnya nggak nyaman tanpa internet, listrik, dan HP. Tapi, setelah berinteraksi dengan mereka ternyata enak juga, wkwk. Hidup terasa lebih nyaman, tentram. Ada alasan sendiri juga mereka begitu, terutama untuk di Baduy Dalam. Yang nyinyir nggak bener, diam aja," cerita warganet lainnya.

"Tahun lalu ikut pergi tour ke Baduy Dalam dan mereka setia menjaga budaya mereka. Tanpa listrik, tanpa alas kaki, bercocok tanam, dan lainnya. Biarlah mereka dengan cara mereka untuk  menjaga budayanya. Nggak perlu julid, mereka tahu gimana baiknya mereka hidup. Coba kesana deh. Bakal paham kok," ungkap lainnya.*