Pengembangan Sunrise Land Lombok Timur Gandeng Kampus di Jogja, Ini Penjelasannya
Pesona Pink Beach salah satu destinasi wisata di Lombok
Pesona Pink Beach salah satu destinasi wisata di Lombok. (Ilustrasi) (Sumber : Pexels)

JOGJA, Jogjacorner.id- Sunrise Land Lombok menggandeng Universitas Gadjah Mada Yogyakarta dan Keluarga Alumni Gajdah Mada (KAGAMA) memberikan pendampingan Pengembangan Desa Wisata dan Pelatihan Konservasi di Kabupaten Lombok Timur. Dengan pendampingan ini memperlihatkan keseriusan para pengelola Sunrise Land Lombok mengembangkan destinasi wisata ilmiah di Kabupaten Lombok Timur bukanlah isapan jempol belaka. 


Ketua Pengelola Destinasi Wisata Pantai Sunrise Land Lombok Dusun Montong Meong, Desa Labuhan Haji, Kecamatan Labuhan, Haji Qori' Bayyinaturrosyi, mengatakan kegiatan pendampingan dilakukan sesuai dengan visi Sunrise Land Lombok untuk menciptakan ruang publik teraman, ternyaman dan terbersih di NTB yang dikelola dengan berdasarkan perangkat kebudayaan masyarakat setempat. 


"Ini upaya nyata bukan isapan jempol, kegiatan ini juga sebagai salah satu upaya untuk mengembangkan dunia kepariwisataan Lombok Timur yang berbasis ilmu pengetahuan, berlandaskan multi-pemangku kepentingan (Pentahelix) serta terintegrasi satu sama lain," ujarnya dalam siaran pers.


Sebagai upaya awal pengembangan kepariwisataan Lombok Timuri Sunrise Land Lombok bekerja sama dengan Pusat Studi Pariwisata Universitas Gadjah Mada yang didukung oleh Keluarga Alumni Gadjah Mada (KAGAMA) mengadakan Focus Group Discussion (FGD) Pendampingan Pengembangan Desa Wisata dan Pelatihan Konservasi di Kabupaten Lombok Timur.


Baca Juga: Hujan Abu Merapi Guyur 11 Kecamatan dan 41 Desa di Magelang


Qori' menyebut lokasi pendampingan dan pelatihan akan dilakuan di tiga lokasi yaitu Sunrise Land Lombok, Pantai Dusun Montong Meong, Labuhan Haji. Kemudian di Kampung Dua Gili di Desa Sugian dan Desa Wisata Aik Anyar Sukamulia. 


Pendamping melibatkan 5 fasilitator Prof. Dr. Phil. Janianton Damanik, M.Si (FISIPOL UGM), Dr. Tri Kuntoro Priyambodo, M.Sc (FMIPA UGM), Dr. Destha Tri Raharjana (Pusat Studi Pariwisata UGM), Donan Satriya, M.Sc (Fakultas Biologi UGM) dan Qori’ Bayyinaturrosyi sendiri dari Sunrise Land Lombok. 


"Kita berharap semoga kegiatan ini berjalan lancar dan bisa menjadi sumbangan berharga bagi perkembangan Dunia Pariwisata kita," pungkas Qori'.


Prof. Dr.-Phil. Janianton Damanik, M,Si., peneliti senior PUSPAR dan dosen PSdK UGM, dalam FGD menilai Literasi Digital menjadi keniscayaan untuk Media Promosi Desa Wisata. Menurutnya, perkembangan teknologi informasi digital (TID) patut diantisipasi dan diadopsi secara berlanjut terutama oleh pengelola desa wisata.


Soal kesiapan dan penggunaan teknologi informasi digital, dirinya yakin telah dilakukan, namun belum bisa dipastikan telah difungsikan sebagai media promosi pariwisata. Sementaran kenyataan saat ini memperlihatkan konsumsi teknologi informasi digital (TID) pada kalangan generasi milenial lebih tinggi dibandingkan dengan kalangan generasi baby boom dan sebelumnya. 


Forum Group Discussion terselenggara atas kerja sama Pusat Studi Pariwisata UGM, Pengda KAGAMA Lombok Timur, dan pengelola wisata Sunrise Land Lombok (SLL). Pasca FGD dilanjutkan dengan kunjungan lapangan pada tiga destinasi, yaitu Sunrise Land Lombok (Labuhan Haju), Kampung Dua Gili, dan Kampung Aik Anyar.


Baca Juga: Merapi Erupsi, Abu Vulkanik Menghujani Kota Magelang


Tenaga ahli PUSPAR UGM lainnya, Dr. Tri Kuntoro Priyambodo, M.Sc., mengungkapkan kegiatan pendampingan ini merupakan pelaksanaan penelitian dengan dana hibah Riset Inovasi untuk Indonesia Maju (RIIM) tahun 2022/2023.  Penelitian RIIM ini merupakan kelanjutan dari Penelitian PRN BRIN-LPDP tahun 2020 dan Penelitian PRN-BOPTN.


“Penelitian ini diprogramkan untuk jangka waktu 3 tahun.  Tahun ini, anggota tim peneliti yang bergabung adalah Dr. Destha Titi Raharjana, Sos.Msi, Donan Satria Yudha S.Si. M.Sc., Desy Nur Aini Fajri,  dan Maelani Fitri," katanya.


Tri Kuntoro menyebut untuk kesempatan pendampingan yang akan dilakukan UGM saat ini sangat bergantung kepada destinasinya. Pendampingan setidaknya meliputi lima aspek yaitu identifikasi dan pengembangan potensi unik yang dimiliki oleh destinasi wisata, termasuk didalamnya soal penyusunan story tellingnya, organisasi, tata kelola, dan pengembangan SDM.


Juga soal pengembangan kerja sama (kolaborasi) antar destinasi, lembaga pemerintah, NGO, dan Media, pendampingan adaptasi dan adopsi Teknologi Digital dalam promosi dan pemasaran destinasi wisata, dan pendampingan pengelolaan Destinasi Wisata berbasis Platform digital. Pada akhirnya pengalaman pendampingan nantinya akan menghasilkan tulisan sebagai Buku Panduan Pendampingan Pengembangan Destinasi Wisata Berbasis Masyarakat di Era Digital bagi Wisatawan Milenial.


Penulis : Redaksi Jogja corner