Presiden Vietnam Mengundurkan Diri, Simak Deretan Kepala Negara yang Mundur Gara-gara Skandal
Presiden Vietnam
Presiden Vietnam yang memilih mengundurkan diri atas kesalahan bawahannya. (Sumber : Twitter @bdleonanda)


JOGJA-Presiden Vietnam tengah menghebohkan publik tanah air karena mengundurkan diri dari jabatannya. Hal tersebut diketahui karena malu dengan adanya bawahannya yang melakukan korupsi. Ia merasa bertanggung jawab atas negaranya dan gagal memimpin saat mengetahui kasus bawahannya tersebut. Kabar mengundurkan dirinya tersebut tersebar pada hari Selasa (17/1) lalu.

Selain presiden Vietnam, ternyata beberapa pemimpin negara berikut juga mengundurkan diri dari jabatannya. Siapa saja mereka? Dilansir dari akun YouTube @CNBC Indonesia pada Rabu (18/1/2023), berikut beberapa kepala negara yang memilih mengundurkan diri dari jabatannya.

1. Boris Johnson (Perdana Menteri Inggris)
Pria kelahiran 19 Juni pada 58 tahun silam memang bukan politisi biasa. Rambutnya pirang dan terlihat tak pernah rapi merupakan gaya khasnya yang membuat bisa masuk ke kantong-kantong pemilih yang selama ini tak bisa dimasuki politisi lain. Bagi Boris Johnson aturan dan konvensi politik normal seakan tak berlaku.

Skandal demi skandal menerpa, namun ia terus saja selamat. Karir politiknya seakan tak ada matinya. Johnson dua kali memenangi pemilihan walikota London, area yang banyak didiami oleh pemilih partai buruh, sementara ia adalah wakil partai konservatif. Namun pada akhirnya ia resmi mengundurkan diri pada 7 Juli 2022.

Penyebabnya, antara lain skandal pelecehan yang melibatkan seorang anggota parlemennya merupakan sekutunya di partai konservatif, Britania Raya Chris Pincher. Selanjutnya yang kedua kenapa Jason akhirnya resign karena ia ditinggalkan para menteri serta anggota parlemen dari partai konservatif yang selama ini mendukungnya.

Baca Juga: Mahasiswi Buang Bayi karena Malu Hamil Tanpa Suami: Pacar Kabur, Nekat Melahirkan Sendiri

2. Gotabaya Rajapaksa (Presiden Srilanka)

Gotabaya Rajapaksa mengundurkan diri usai pendemo menyerbu kediaman resminya dan membakar rumah Perdana Menteri. Surat pernyataan mundur rajapaksa kemudian diterima parlemen sekaligus memastikan ia secara resmi tak lagi menjabat sebagai presiden Sri Lanka.

Hal ini sekaligus mengakhiri dinasti keluarga yang sudah berkuasa selama hampir 20 tahun di negara itu. Rakyat Sri Lanka protes besar-besaran di tengah kebangkrutan ekonomi karena kekurangan makanan bahan bakar dan kebutuhan dasar lainnya. Berdasarkan Undang-undang, Perdana Menteri Ranil seharusnya mengambil alih sementara kepemimpinan jika Rajapaksa mundur.

Namun, ia malah menyatakan bahwa ia siap mengundurkan diri sebagai Perdana Menteri untuk membuka jalan pembentukan pemerintahan baru. Meskipun begitu, pada akhirnya Perdana Menteri Sri Lanka, Ranil, telah dilantik sebagai pejabat presiden setelah sang presiden terpaksa mengundurkan diri.

Gotabaya pergi ke Singapura bersama istri dan dua pengawalnya setelah sebelumnya sempat melarikan diri ke Maladewa untuk menghindari pemberontakan karena ia dan keluarganya dinilai turut andil dalam krisis ekonomi di Sri Lanka.
 
3. Mario Draghi (Perdana Menteri Italia)

Mario Draghi selaku Perdana Menteri Italia mengundurkan diri pada 14 Juli lalu karena ia kehilangan dukungan five-star Movement yang merupakan partai terbesar dalam pemerintahannya. Kebijakan tragis sebuah paket yang dirancang untuk mengatasi krisis biaya hidup Italia sejatinya disahkan dengan suara 172 berbanding 39. Namun, boikot yang dilakukan five-star membuat pemerintah menghadapi risiko keruntuhan yang dapat mengarah pada pemilihan umum yang lebih cepat.

Presiden Italia, Sergio, menolak pengunduran diri Draghi dan menyebutnya sebagai sosok yang berharga dan fundamental.  Selain itu, ia juga ingin Draghi berbicara di hadapan parlemen untuk berkomunikasi lebih jauh ihwal krisis politik yang tengah dihadapi.

Nah, itulah beberapa pemimpin negara yang memilih untuk resign dari jabatannya. Menjadi pemimpin memang tidaklah mudah apalagi pemimpin negara. Selain harus memiliki kualitas, seorang pemimpin juga harus memiliki integritas untuk bersikap dan berperilaku, sehingga ia mampu memberikan keteladanan dan mempengaruhi orang lain untuk melakukan perubahan yang terkait dengan proses berpikir.*