Viral Riska Mahasiswa UNY Meninggal karena Beban Pikiran, Ternyata Ini Beratnya Beban UKT Mahasiswa
UKT
Virat Riska Mahasiswa UNY meninggal karena beban berat (Sumber : Ilustrasi Pixbay)



JOGJA-Kuliah menjadi impian bagi banyak orang. Mengenyam pendidikan setinggi mungkin diharapkan dapat mengangkat derajat seseorang dan memberikan ilmunya kepada orang lain. Namun, masalah di dunia perkuliahan dirasa berat bagi sebagian mahasiswa. Terutama mengenai masalah pembayaran Uang Kuliah Tunggal (UKT).
Bagi mahasiswa yang berada di kalangan menengah dan menengah bawah, besaran UKT yang ditetapkan kepadanya dirasa memberatkan. Tak jarang, sebagian dari mereka takut untuk meminta uang kepada orang tua dan memilih untuk bekerja demi membantu keuangan keluarga.


Salah satu mahasiswa yang mengalami kesulitan mengenai UKT adalah Riska. Namanya sampai trending di Twitter dan banyak menyorot perhatian orang banyak. Ia merupakan salah satu mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) angkatan 2020. Lalu, bagaimana kisahnya hingga menarik perhatian banyak orang?
Dilansir dari akun Twitter @rgantas pada Kamis (12/1/2023), ambisinya untuk melanjutkan studi membawanya dari desa terpencil di Purbalingga menuju daratan Jogja yang amat asing baginya. Kala itu, Riska hanya memegang uang 130 ribu untuk ongkos perjalanan naik bus dan uang saku seminggu di Jogja.


Lantas bagaimana dengan Riska? Ia selalu percaya bahwa kerja kerasnya tak akan pernah menghianati. Riska diikenal sebagai representasi dari perempuan yang cerdas dan memiliki potensi besar untuk menjadi "sesuatu" yang besar. Sayangnya, masalah ekonomi sedikit banyak menghambat potensinya.

Baca Juga: Ramadhan Berapa Hari Lagi ? Ini 6 Lokasi Ngabuburit di Jogja yang Cocok untuk Menunggu Buka

Orang tuanya sehari-hari berjualan sayur di gerobak pinggir jalan. Di saat yang sama, ibunya harus menghidupi Riska dan keempat adiknya yang belum lulus sekolah. Tidak sulit untuk menebak bahwa jelas keuangan keluarga Riska tak akan cukup membiayai perkuliahannya.
Keanehan penentuan UKT memang bukan barang baru. Namun, dalam kasus yang dialami Riska agak berbeda. Ia sudah mengisi nominal pendapatan yg sesuai dengan kondisi ekonominya. Tetapi, saat diminta mengupload beberapa berkas, ia tidak punya laptop. Akhirnya, ia meminjam handphone tetangganya di desa.


Handphone yang dimiliki tetangganya tidak secanggih handphone masa kini, sehingga ia gagal mengupload berkas-berkas yang diminta. Ia mengira inilah alasan mengapa nominal UKTnya melonjak. Tidak diketahui ada pengaruh atau tidak, secara ajaib nominal UKTnya muncul dengan angka Rp 3,14 juta.
Kala itu, ia hampir mengubur asa untuk berkuliah. Beruntungnya, guru-guru di sekolahnya mau membantu UKT pertamanya. Desir harapan pun hadir. Ia resmi menjadi mahasiswa UNY dan bangga atas pencapaiannya tersebut.
Selama menjadi mahasiswa, ia dikenal sebagai orang yang ceria. Sayangnya, keceriannya mulai luntur setiap mendekati pembayaran UKT, seperti sekarang ini. Ancaman putus kuliah, seolah meremas-remas hati dan menyergap semua mimpi indah yang ia bangun.


Tidak kurang-kurang usaha yang ia lakukan agar bisa melanjutkan studi. Segala cara dia coba, dari mencari beasiswa hingga mengambil part time. Namun, hasilnya lebih sulit dari yang diduga.
Ia juga pernah mengajukan keringanan UKT yang disediakan oleh kampus. Namun, UKTnya hanya turun sebesar Rp 600 ribu. Hampir menyerah dengan keadaan, akhirnya banyak orang yang membantu untuk membayar UKT Riska. Namun, nominal tersebut masih belum cukup,  sehingga Riska dan orangtuanya harus mencari uang untuk melengkapinya.


Berbagai cara mereka lakukan hingga akhirnya Riska bisa mengisi KRS. Meskipun pada semester tersebut ia merasa aman, di semester selanjutnya ia merasa tidak benar-benar aman. Singkat cerita, semua ketangguhannya menghadapi beratnya UKT akhirnya berakhir. Riska menyerah pada 9 Maret 2022 lalu.
Ia dikabarkan meninggal setelah dirawat di rumah sakit karena hipertensi akutnya. Pembuluh darah otaknya pecah, sehingga Riska tidak kuat lagi untuk bertahan hidup.*