Mengapa Penentuan Satu Syawal Antara Muhammadiyah dan NU Sering Berbeda? Simak Penjelasan Berikut
Penentuan
Ilustrasi Pemantauan Hilal untuk Penentuan 1 Syawal (Sumber : freepik)

JOGJACORNER.ID - Lebaran 2023 tinggal menghitung hari. Meskipun begitu, penetapan satu Syawal masih menunggu keputusan dari pemerintah melalui Kemenag setelah melakukan penghitungan hisab. Sementara itu, PP Muhammadiyah telah secara resmi menetapkan satu Syawal jatuh pada hari Jumat (21/4), sedangkan NU masih menunggu penghitungan hisab bersama pemerintah.

Hal ini terkadang membuat hari pertama Lebaran antara NU dan Muhammadiyah berbeda satu atau dua hari karena perbedaan metode perhitungan. Dilansir dari akun Instagram @apahabar.jakarta pada Selasa (18/4/2023), NU meyakini bahwa rukyatul hilal lebih tepat digunakan untuk menentukan waktu Idulfitri. Hal ini di karenakan metode ini melihat perspektif fiqih yang berstandarkan pada hadis Rasulullah hingga pendapat para ulama.

Cara untuk menentukan waktu lebaran menggunakan metode rukyatul hilal dimulai dengan penempatan tim falakiah di berbagai titik di seluruh wilayah Indonesia. Ini bertujuan untuk memantau kemunculan hilal. Ada tiga cara melakukan rukyatul hilal, yaitu dengan mengandalkan mata telanjang, alat optik teleskop, dan penggunaan teleskop yang terhubung dengan sensor atau kamera. Jika hilal (bulan sabit) tidak terlihat, maka bulan Ramadhan berjalan digenapkan (istikmal) menjadi 30 hari.

Sementara itu, Muhammadiyah menggunakan metode hisab yang dipedomani Majelis Tarjih dan Tajdid. Dasar penetapannya adalah hasil pemantauan hilal, ijtimak, atau konjungsi antara matahari dan bulan menjelang Syawal.

Ijtimak (konjungsi) terjadi sebelum matahari terbenam. Hal ini mengingat satu siklus satu bulan secara astronomis dari konjungsi ke konjungsi, atau ijtimak ke ijtimak. Kemudian ketika hari ijtimak, harus terjadi sebelum matahari terbenam. Pergantian bulan harus sesuai dengan pergantian hari. Selanjutnya, ketika matahari terbenam, bulan masih di atas horizon atau di atas ufuk untuk memastikan matahari ada di sebelah barat bulan dan bulan di sebelah timur matahari.

Itulah perbedaan perhitungan satu Syawal antara NU dan Muhammadiyah. Meskipun begitu, perbedaan ini tidak memengaruhi makna dan esensi dari perayaan Hari Raya Idul Fitri, yaitu sebagai momen kegembiraan, berbagi kasih sayang, dan saling memaafkan.