Perayaan Waisak di Candi Borobudur Dihadiri Umat Lintas Agama dan Lintas Negara
Waisak
Rayakan Waisak 2567 BE, di Candi Borobudur, Umat Lintas Agama jugaTurut Hadir. (Sumber : Tangkap layar youtube @METRO TV)


JOGJA-Usai melakukan pawai dengan berjalan kaki dari Candi Mendut ke Candi Borobudur, rombongan pawai perayaan Hari Trisuci Waisak, akhirnya sampai di Candi Borobudur pada pukul 08.00 pada Minggu (4/6). Rombongan ini lah yang mengikuti prosesi detik-detik perayaan Waisak 2567 Budis Era si Pelataran Candi Borobudur. Rombongan ini sampai sestelah melakukan perjalanan dari Candi Mendut selama 2 jam perjalanan. Perjalanan ini merupakan simbol ritual Suci perjalanan Sang Buddha menuju Parinim atau keabdian. Prosesi kirap ini juga membawa serta Api Dharma, Air Berkah dan Sarana Puja yang memiliki simbol keberkahan berupa padi dan juga aneka buah-buahan.


Waki Ketua Panitia Pelayanan Waisak, Karuna Murdaya, mengatakan antusiasme Masyarakat khususnya umat Buddha di tahun ini lebih ramai dibandingkan tahun 2022 lalu yang masih ada dalam permbatasan kegiatan masyarkat (PSBB). Setelah melakukan kirab, sejumlah umat Buddha yang hadir ini pun juga mengikuti proses peringatan detik-detik Waisak yang diperingati pada pukul 10.41 WIB.


Detik-detik Waisak yang telah dilaksanakan itu pun berlangsung dengan khidmad dan juga meriah. Meskipun ini merupakan perayaan Waisak, namun ternyata banyak juat agama lain atau lintas agama yang data untuk menghormati hari raya Waisak, serta melihat kemeriahannya. Tak hanya umat Buddha Indonesia saja yang mengikuti perayaan Waisak ini, namun juga terdapat sejumlah masyarakat dari berbagai mancanegara seperti Thailand, Malaysia, dan Singapura. Bahkan beberapa di antaranya merupakan umat lintas agama, yang sengaja datang jauh-jauh dari luar kota untuk melihat kemeriahan perayaan Waisak di Candi Borobudur tahun ini. Selain itu, masyarakat juga ingin melihat bagaimana antar umat beragama saling berinteraksi.

Baca Juga: UGM Analisa Pemda yang Mampu Susun RPPLH Sesuai Target Jumlahnya Minim

Toleransi umat beragama ini juga nampak sesaat sebelum renungan yang dipimpin oleh Biksu Syamanta Mahastafira saat memimpin doa juga meminta kepada umat yang datang yang bukan beragama Buddha untuk dapat menyesuaikan dengan agama masing-masing.  Dalam renungan tersebut Biksu Syamanta Mahastafira menyampaikan kepada para umat untuk mengakualisasikan ajaran-ajaran Buddha Dharma dalam kehidupan sehari-hari, serta diharapkan agar umat Buddha dapat hidup dengan lebih baik lagi, tidak hanya terhadap sesama umat Buddha namun juga untuk semua makhluk hidup, dan tidak melakukan kejahatan, serta tetap menjalin kerukunan antar umat beragama.

Usai acara peringatan detik-detik Waisak, umat Buddha melanjutkan prosesi selajutnya yaitu, mengantre untuk memandikan patung Buddha, sebagai arti bahwa mensucikan diri dan juga meminta keberkahan. Setelah itu para Bante dan juga para umat Buddha melakukan Prediksina, yaitu mengelilingi Candi Borobudur sebanyak tiga kali searah jarum jam. Serta kegiatan perayaan Waisak untuk malam nanti adalah penerbangan lampion.*