Rekomendasi W20 di Bali, Praktik Kesetaraan Gender itu Harus Dipantau
w20
w20 Presidensi Indonesia (Sumber : Istimewa)

BALI - Chair Women 20 (W20) Indonesia, Hadriani Uli Silalahi, menyampaikan bahwa untuk benar-benar mencapai kesetaraan gender, W20 perlu menekankan pentingnya akuntabilitas. 


Untuk itu, fokus G20 terhadap kesetaraan gender perlu untuk terus dipantau dan dievaluasi secara berkala. W20 Indonesia pun secara konsisten terus menyerukan kepada pemimpin G20 untuk mengeluarkan deklarasi yang berfokus terhadap pentingnya kesetaraan gender.

 

Uli juga menyampaikan, pada pertemuan terakhir W20 ini, Indonesia juga memastikan terlaksananya empat agenda utama, yaitu:


Mendelegasikan peran W20 kepada masyarakat luas agar dapat berkontribusi pada lingkungan sekitarnya. 


Memastikan Komunike W20 disampaikan dengan baik kepada pemimpin G20. 


Mensosialisasikan rekomendasi W20 kepada pemimpin G20, sherpa, organisasi wanita, akademisi, pemangku kepentingan, dan publik sebagai fokus utama pada pemberdayaan perempuan. 


Pelaporan dan proses serah terima dari komite W20 Indonesia kepada delegasi W20 India. 


"W20 menjadi working group dan engagement group pertama dari G20 presidensi Indonesia yang telah menyelesaikan post summit dengan hasil yang baik. Pencapaian ini sekaligus menunjukkan W20 presidensi Indonesia sebagai working group maupun engagement group terbaik dan terlengkap dalam menghasilkan komunike dan menyelesaikan seluruh rangkaian pertemuan sejak dimulai pada Desember 2021 yang lalu", jelas Uli.

 

Sementara dalam kesimpulan hasil post summit, Co-Chair W20 Indonesia, Dian Siswarini, menyampaikan W20 Indonesia telah secara resmi menyerahkan Komunike W20 pada bulan Juli, pihaknya berharap acara post summit ini akan terus memperkuat rekomendasi sehingga permintaan dari negara negara berkembang akan didengar oleh para pemimpin dunia dan menjadi bagian dari diskusi KTT G20 mendatang.

 

Komunike W20 Indonesia sendiri berisi rekomendasi kepada para pemimpin G20 untuk memastikan bahwa kepentingan perempuan serta anak perempuan menjadi bagian signifikan dari kepresidenan G20 Indonesia. Secara langsung, W20 Indonesia mendorong pemerintah untuk:


Menindaklanjuti komitmen dalam mengimplementasikan roadmap G20 menuju dan melampaui Brisbane Goals.


Membuat jaringan data gender G20 dan dasbor yang berisi hasil dari W20.


Mengembangkan serta meningkatkan Strategi Nasional Gender Ekuitas dan Kesetaraan (NSGEE).



Dalam rangkaian post summit ini, terdapat 6 pembicara yang merupakan para delegasi W20 2022 yang berasal dari Indonesia, India, Italia, Rusia, Turki, dan Amerika Serikat. Masing-masing delegasi menjelaskan tentang 5 isu prioritas W20 yang dibahas dalam Komunike, yakni: non-discrimination and equality, women-owned and led MSMEs, gender equitable health response, rural women, dan women with disabilities.

 

Pertemuan di Bali ini juga membahas sejumlah tema dengan menghadirkan pembicara dari Indonesia dan luar negeri. Ada Deputi Plt. Deputi Bidang Partisipasi Masyarakat, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kemen PPPA), Indra Gunawan yang membawakan materi mengenai diskriminasi, UMKM perempuan, dan perempuan di pedesaan. CEO AirAsia Indonesia, Veranita Yosephine, membahas kepemimpinan perempuan serta peran sektor swasta dalam memberantas bias gender. Selanjutnya ada Kepala Sekretariat WeFi, Wendy Teleki, yang membahas mengenai keuangan serta inklusi ekonomi. Staf Khusus Bidang Fiskal dan Makroekonomi, Kementerian Keuangan Indonesia, Masyita Crystallin, membahas mengenai inklusi ekonomi dalam intervensi wilayah perempuan. 

 

Kemudian dilanjutkan dengan Staf Khusus Presiden RI, Angkie Yudistia, yang berbagi mengenai bagaimana mempekerjakan dan mempertahankan perempuan penyandang disabilitas di sektor publik. Selanjutnya, Forum Parlemen Eropa, Neil Datta, membahas kesehatan perempuan pedesaan dan kesehatan reproduksi seksual.


Walikota Kabupaten Garut, Rudy Gunawan, yang berbicara mengenai pemberdayaan ekonomi perempuan pedesaan melalui ekonomi kreatif. Setelah itu, ada Direktur Eksekutif Kebijakan Publik Global Organon, Noha Salem, yang fokus membahas bagaimana berinvestasi dalam penelitian dan teknologi medis untuk wanita dan anak perempuan. Terakhir dari Pusat Manajemen Kesehatan dari Vlerick Business School, Prof Dr Walter Van Dyck, yang meluncurkan hasil penelitiannya terkait pentingnya kebijakan terkait keluarga berencana.