Transaksi Unik di Pasar Papringan Temanggung yang Viral, Jadwal Buka dan Waktu Paling Tepat Berkunjung
Pasar Papringan Temanggung
Transaksi unik di Pasar Papringan Temanggung (Sumber : instagram @pasarpapringan)

JOGJA-Satu destinasi wisata unik dan viral di Temanggung yaitu Pasar Papringan. Lokasinya di di Dusun  Ngadiprono, Desa Ngadimulyo, Kecamatan Kedu, Kabupate. Temanggung, Jawa Tengah.


Mengusung konsep kembali ke alam, pasar ini menggunakan bahan-bahan dari alam mulai dari tempat pasarnya, hingga peralatan yang digunakan.


Kuliner yang ada pun merupakan kuliner tradisional baik makanan dan minuman. Selain kuliner pasar ini juga menjual hasil pertanian, berbagai kerajinan tangan mulai dari kemasan produk, alat rumah tangga, hingga mainan anak.


Keunikan pasar ini selain konsepnya juga cara pembeli  untuk  membeli apa yang dijual di pasar ini, dimana pengunjung harus menukar uang dengan koin bambu. Penukaran penukaran uang, dapat dilakukan di loket sebelum pintu masuk area pasar.


Pengunjung dapat menukar uang dengan koin kelipatan Rp. 2.000, Rp. 20.000, dan Rp. 50.000. Pengunjung juga dapat menggunkan e-money untuk menukar uang, panitia telah menyediakan barcode yang dapat di scan denggan QRISS.


Jajan di sini, di desain dengan konsep makan di tempat. Dilansir dari akun instagram @pasarpapringan Senin (31/10/2022), konsep ini digunakan agar mengurangi sampah plastik dan kertas, namun bila pengunjung ingin membawa pulang, jajanan yang ada disini, diharuskan untuk membawa wadah sepertu rantang, dan botol minuman.


Keunikan lain, pasar ini hanya buka di hari Minggu Wage dan Minggu Pon. Untuk memudahkan  mengetahui kapan waktu pasar ini buka, biasanya akan diumumkan di akun instagram resmi @pasarpapringan.
Totalitas dalam mengusung konsep zaman dahulu, para penjualpun menggunakan pakaian lurik atau pakaian-pakaian model dahulu yang dilengkapi dengan alunan gamelan jawa.


Konsep pasar di kebun bambu ini juga daat di jadikan sebagai spot foto menarik dengan latar belakan pohon bambu. Pasar ini berdiri di tanah milik warga seluas 2.500 meter, yang dibangun atas gotongroyong masyakarat.
Karena menempati tanah milik beberapa warga, maka pemilik tanah akan mendapat uang sewa Rp. 10.000 per lapak per satu kali gelaran pasar. Sedikitnya terdapat 20 lapak di pasar ini, dengan pemilik lapak warga Dusun Ngadiprono, dan 20 persen dari hasil gelaran pasar akan masuk untuk kas desa. *