Suhu Panas Tinggi di Beberapa Wilayah, Waspada Nyamuk Ganas Penyebab DBD
Nyamuk
Ilustrasi nyamuk dengue penyebab penyakit demam berdarah. (Sumber : Ilustrasi Pixbay)


JOGJA-Sebagian besar wilayah Indonesia akhir-akhir ini tengah dilanda suhu panas yang ekstrem. Suhu panas yang tinggi ini ternyata dapat mengancam kesehatan masyarakat. Salah satu penyakit yang perlu diwaspadai adalah penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD). Pasalnya, nyamuk penyebab penyakit tersebut sangat menyukai suhu panas yang tinggi.

Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI, dr. Imran Pambudi, MPHM mengungkapkan bahwa nyamuk penyebab DBD lebih ganas jika terpapar atau berada di suhu tinggi. Oleh karena itu, masyarakat diminta lebih berhati-hati dan waspada terhadap gigitan nyamuk jahat tersebut.

"Jadi frekuensi dia menggigit itu akan meningkat 3 sampai 5 kali lipat pada saat suhunya meningkat di atas 30 derajat," ujar dr. Imran yang dikutip dari laman resmi Kemenkes RI.

Jika melihat tren kasus sejak 1968, Kemenkes telah mencatat ada kenaikan yang tinggi kasus DBD pada saat terjadinya cuaca panas El Nino. Hal ini diperkuat dengan adanya penelitian yang mengungkapkan bahwa nyamuk dengue menjadi lebih ganas di suhu panas tinggi. Selain di musim panas, nyamuk dengue juga ganas di musim hujan karena mereka menyukai genangan air.

“Ini hubungannya dengan siklus musim hujan, jadi kalau musim hujan itu karena ada genangan air maka kasusnya meningkat dan ini terjadi setiap tahun seperti ini,” tambahnya.

Baca Juga: Resep Makanan untuk Bekal Makan Siang yang Dijamin Enak, Praktis dan Sehat

Kasus DBD dalam periode 10 tahun terakhir mulai naik setiap bulan November, puncak kasus terjadi pada Februari, lalu mulai turun pada Maret-April. Siklus ini terjadi selama 10 tahun terakhir menurut data Kemenkes pada 27 November 2022.

Pemerintah memiliki strategi penanggulangan DBD dengan menguatkan manajemen vektor yang efektif, aman dan berkesinambungan, penguatan surveilans tinggi yang komprehensif, dan manajemen KLB yang responsif. Pemerintah juga meminta partisipasi masyarakat dan institusi untuk mencegah terjadinya DBD, terutama dalam pemberantasan sarang nyamuk.

Berikut tips dan bentuk partisipasi masyarakat yang dapat dilakukan dalam pencegahan terjadinya DBD.

1. Menguras dan menyikat.
2. Menutup tempat penampungan air.
3. Memanfaatkan atau mendaur ulang barang bekas.
4. Mencegah gigitan dan perkembangbiakan nyamuk dengue dengan menanam tumbuhan pengusir nyamuk, seperti sereh wangi, geranium, dan rosemary.

Perlu diingat bahwa tidak dianjurkan melakukan fogging untuk memberantas nyamuk karena hanya berdampak sesaat. Terkadang efek yang ditimbulkan dari fogging justru merugikan kesehatan manusia.

"Saat sudah meminimalkan penggunaan fogging, yang harus dilakukan adalah pemberantasan sarang nyamuk secara massal, berkesinambungan dan kalau endemis, ini harus dilakukan sepanjang tahun," ungkap dr. Imran.

Cara pencegahan lain yang dapat dilakukan masyarakat adalah dengan melakukan vaksin dengue. Melalui vaksin dengue ini menjadi salah satu langkah yang efektif untuk menanggulangi dengue di Indonesia. Masyarakat dapat memilih dua jenis vaksin, yaitu vaksin Dengvaxia dan vaksin Qdenga yang sudah memiliki izin edar dari BPOM dan sudah beredar di pasaran.

Gejala-gejala terjangkit penyakit DBD yang perlu diketahui masyarakat adalah demam mendadak tinggi selama 2 hingga 7 hari, muka memerah, sakit kepala, mual kadang muntah, sakit perut, sakit tulang, sering ngilu pada tulang sendi dan nyeri otot bagi orang dewasa. Selain itu, penderita mengalami bintik-bintik merah pada kulit, mimisan, gusi berdarah, muntah darah, BAB berdarah, kemudian tangan dan kaki dingin dan lembab, lemah, hingga tidur terus.